Cegah Stunting, Dinkes Banten Sosialidasi MP-ASI
![]() |
Kepala Dinkes Provinsi Banten, Ati Pramudji Hastuti usai membuka kegiatan sosialisasi di gelar di aula Gedung A Lantai 3 Dinkes Provinsi Banten, KP3B, Curug, Kota Serang. |
SERANG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten terus berupaya melalukan percepatan penurunan angka stunting atau gizi kronis di Banten. Salah satunya dengan mensosialisasikan langkah pemberian Makanan Pendamping – ASI (MP-ASI) bagi anak usia 6 hingga 23 bulan serta bagaimana pencatatan pelaporannya.
Kepala Dinkes Provinsi Banten, Ati Pramudji Hastuti mengatakan, berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) di tahun 2018 Provinsi Banten terus mengalami penurunan angka stunting yang signifikan, hingga hanya 20 persen saja ditahun 2022.
“Permasalahan stunting, gizi buruk dan kurang gizi di Provinsi Banten jika membandingkan dengan tahun 2018 terus mengalami perbaikan dengan baik, walau pun data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) ditahun ini belum terbitkan, namun di tahun 2022 kemarin data stunting provinsi banten berada di angka 20 persen,” kata Ati usai membuka kegiatan sosialisasi di gelar di aula Gedung A Lantai 3 Dinkes Provinsi Banten, KP3B, Curug, Kota Serang, Kamis (7/3/2024).
Ati juga mengungkapkan, Open Defecation Free (ODF) atau jamban keluarga menjadi PR, sebab baru sekitar 40 persen jamban yang ada di Provinsi Banten ini. Hal ini menjadi penting dikarnakan terdapat beberapa anak stanting mengidap diare yang di sebabkan buruknya jamban dan sanitasi air lingkuannya.
“Dari 20 indikator penurunan stunting, terdapat satu faktor yang belum tercapai di provinsi banten yaitu ODF atau ketersedian jamban keluarga di provinsi banten masih sekitar 40 persen. Oleh karenanya kerap ditemukan beberapa anak yang terdampak stunting juga mengalami masalah diare pada tubuhnya,” ungakpnya.
“Oleh karena itu ketika kita ingin mengentaskan masalah stunting ini tidak hanya terfokus pada asupan makannya saja, namun kita juga harus memastikan bagaimana lingkungan hidupnya baik atau tidak. diantaranya ketersedian jamban keluarga, sanitasi air bersih dan air minumnya,” sambungnya.
Ati menjelaskan, berhasilnya projek Pos Terpadu Cegah dan Tanggulangi Stunting atau (Poster Cetting) disebabkan terlibatnya 20 indikator, yang dimana posyandu tidak hanya memberikan makanan tambahan, namun juga mendeteksi dini beberapa penyakit yang mungkin disebabkan oleh lingkungan hidupnya dan sanitasi airnya.
“Kemarin kita telah melakukan uji coba Poster Cetting yang dimana kunci keberhasilan melibatkan 20 indikator, yang dimana posyandu tidak hanya memberikan makanan tambahan kepada anak terdampak stunting, namun kita menginterpretasikan lingkungannya, sanitasinya, dan mendeteksi dini beberapa penyakit, yang diantaranya cacingan, diare, kispa, dan Tuberculosis (TBC),” jelasnya.
Ati berharap, dengan pertemuan ini dapat memberikan pemahaman kepada kader-kader posyandu terhadap indikator stunting, serta dapat bahu membahu meningkatkan derajat kesehatan, khususnya kesehatan ibu dan anak.
Ati juga mengatakan bahwa semua yang di lakukan Dinas Kesehatan Provinsi Banten Dalam Pencegahan Stunting dan pencegah gizi buruk kepada balita adalah salah satu dukungan untuk Indonesia Emas 2045.
“Diharapkan dengan adanya kegiatan sosialisasi pemberian MP-ASI bagi anak usia 6 hingga 23 bulan dan pencatatan pelaporannya dapat memberikan pemahaman kepada kader-kader posyandu, serta dapat bahu membahu bersama perangkat pentahelik dalam meningkatkan derajat kesehatan khususnya ibu dan anak,” pungkasnya.(ADV)
Tidak ada komentar